FUNGSI DAN BAIK BURUK AKHLAK TASAWUF
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Akhak Tasawwuf
Dosen Pengampu : Drs. Hasan Mud’is, M.Ag
1131040164
TASAWWUF PSIKOTERAPI
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2012
BAB
I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Masalah
Kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang dialami oleh manusia sekarang ini, tidak sedikit dampak
negatifnya terhadap sikap hidup dan perilakunya, baik ia sebagai manusia yang
beragama, maupun sebagai makhluk individual dan sosial.
Dampak negatif yang paling
berbahaya terhadap kehidupan manusia atas kemajuan yang dialaminya, ditandai
dengan adanya kecenderungan menganggap bahwa satu-satunya yang dapat
membahagiakan hidupnya adalah nilai material. Sehingga manusia terlampau
mengejar materi, tanpa menghiraukan nilai-nilai spiritual, yang sebenarnya
berfungsi untuk memelihara dan mengendalikan akhlak manusia.
Nilai-nilai spiritual yang
dimaksudkan dalam islam adalah ajaran agama yang berwujud perintah, larangan
dan anjuran, yang kesemuanya berfungsi untuk membina kepribadian manusia dalam
kaitannya sebagai hamba Allah serta anggota masyarakat.
Seringkali kita dengar
bahwa cara untuk mencapai makrifatullah itu diantaranya dengan bertasawwuf.
Meskipun masih banyak lagi jalan untuk mencapai makrifatullah selain
bertasawwuf. Dari sinilah penulis mengambil judul “fungsi dan baik buruk akhlak
tasawwuf.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang di atas,
penulis merumuskan beberapa pokok masalah sebagai berikut :
a)
Apa pengertian akhlak?
b)
Apa pengertian tasawuf?
c)
Apa fungsi akhlak tasawuf secara umum, khusus dan teknis?
d)
Apakah pengertian baik dan buruk?
3. Tujuan
a)
Mengetahui pengertian akhlak
b)
Mengetahui pengertian tasawwuf
c)
Mengetahui fungsi akhlak tasawuf secara umum, khusus dan teknis
d)
Mengetahui pengertian akhlak baik dan buruk
4. Manfaat
a)
Mahasiswa dapat mengetahui
pengertian akhlak dan tasawuf
b) Mahasiswa dapat mengetahui fungsi akhlak tasawuf secara umum, khusus dan teknis
c) Mahasiswa juga bisa mempraktekan akhlak tasawwuf dengan kajian yang telah
kami susun
d) Mahasiswa dapat memperteguh imannya dengan pengkajian akhlak tasawwuf
e)
Mengetahui pengertian
akhlak baik dan buruk
BAB II
PEMBAHASAN
A. Landasan akhlak
1. Pengertian akhlak
Kata akhlak berasal dari
bahasa arab khuluq yang jamaknya akhlaq. Menurut bahasa akhlak adalah perangai,
tabiat, dan agama. Kata tersebut mengandung sega segi persesuaian dengan
perkataan khalq yang berarti kejadian, serta erat hubungannya dengan kata
khaliq yang berarti pencipta dan makhluq yang berarti yang diciptakan.
Dalam kamus besar bahasa
indonesia, ksts akhlak diartikan sebagai budi pekerti, watak, tabiat. Secara
sempit pengertian akhlak dapat diartikan dengan :
a. Kumpulan kaidah untuk menempuh jalan yang baik
b. Jalan yang sesuai untuk menuju akhlak
c. Pandangan akal tentang kebaikan dan keburukan.
2. Dalil-dalil mengenai akhlak
Perumusan pengertian
akhlak timbul sebagai media yang memungkinkan adanya hubungan baik antara
khaliq dengan makhluq dan antara makhluk dengan makhluq. Perkataan ini dipetik
dari kalimat yang tercantum dalam al-qur’an:
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ ﴿٤﴾
Artinya : “Dan sesengguhnya engkau benar-benar berbudi
pekerti yang luhur”.{Al-Qalam / 68 : 4}
Demikian juga, dari hadits nabi muhammad saw
Artinya :
“sesungguhnya aku di utus
untuk menyempurnakan perangai (budi pekerti) yang mulia”. (H.R Ahmad)
Dengan sepenggal
pengertian diatas memberi gambaran bahwa tingkah laku, adab atau budi pekerti
merupakan bentuk kepribadian seseorang tanpa dibuat-buat atau spontan atau
tanpa ada dorongan dari luar. Jika baik menurut pandangan akal dan agama,
tindakan spontan itu dinamakan akhlak yang terpuji, seballiknya tindakan
spontan itu buruk maka dinamakan akhlak yang tercela.
3. Keadaan akhlak pada masa sebelum diutus nabi
Sebenarnya sangat ironis dengan keadaan akhlak sebelum baginda nabi
muhammad saw diutus, disana terdapat satu sama lain saling merendahkan apalagi
ketika dikaitkan dengan kaum hawa, banyak para penduduk makkah yang kalau
istri-istrinya mengandung dan melahirkan anak perempuan itu merasa terhina.
Karena dikatanya wanita hanyalah mainan birahi semata, tidak mampu melakukan
apa-apa dalam artian tidak ada kegagahan sekali dimata mereka. Salahsatunya
contoh khalifah terkemuka sayyidina umar bin khattab, beliau pernah melakukan
hal yang sama, mengubur hidup-hidup anaknya denngan alasan malu karena anaknya
berelaminkan perempuan. Membunuh anak perempuan, mabuk-mabukan, berjudi dan
berzina itu sudah menjadi pekerjaan mereka sehari-hari malah saking teragisnya,
mereka tega memperkosa tetangganya sendiri. Itulah salahsatu sebab kenapa
baginda nabi saw di turunkan di makkah, karena selain tempat bersejarah bagi
islam disana juga terdapat rumah allah yang mulia (baitullah).
Kalaupun kebejadan itu ada di indonesia kemungkinan besar nabi diturunkan
di indonesia.
4. Keadaan akhlak pada masa setelah diutus nabi
Setelah diutusnya baginda nabi saw, kebejadan akhlaq pada masa itu membaik.
Walaupun pada kenyataannya masih banyak yang melakukan hal tersebut. Dengan
dakwah nabi yang mulia maka sedikit demi sedikit hal-hal yang menjijikan pun
mulai pudar. pemerkosaan di hapuskan mabuk-mabukan di kurangi dan bahkan
dihilangkan karena itu menyebabkan kemalasan untuk kita bekerja dan sampai pada
waktu itu derajat wanita di tinggikan dengan tiga tahapan diatas laki-laki
dalam arti ibu lebih mulia daripada ayah karena pengorbanan ibu sangat berarti
buat anaknya, kasih sayang ibu sangat melindungi anaknya, dia mengandung,
melahirkan, menyusui bahkan membesarkan anaknya dengan penuh cinta dan kasih
sayang. Sampai sekarangpun etika itu masih ada walaupun hanya sebagian besar
yang mengalikasikannya dengan baik. Kebejadan akhlaq dizaman sekarang mulai
kembali kepada masa jahiliyyah dulu, dimana pada zaman ini terdapat hal-hal
yang mengerikan. Anak membunuh ibunya, ibu membunuh anaknya, ayah memperkosa
anaknya dan bahkan terdapat satu keluarga yang didalamnya saling
bunuh-membunuh.
B. Landasan Tasawwuf
1. Pengertian Tasawwuf
a. Etimologi
Dalam mengajukan teori tentang penngertian
tasawwuf, baik secara etimologi maupun istilah, para ahli berbeda pendapat.
Secara etimologi, pengertian tasawwuf dapat dilihat menjadi beberapa macam
pengertian, sseperti di bawah ini:
Pertama tasawwuf dikonotasikan dengan ahlu suffah yang berarti sekelompok orang
pada masa rasulullah saw. Yang hidupnya di serambi-serambi mesjid, mereka
mengabdikan hidupnya untuk beribadah kepada allah swt.
Kedua tasawuf berasal dari kata shafa yang berbentuk fiil mabni majhul sehingga isim
muallaq dengan ya nisbah, yang berarti nama-nama yang “bersih” atau “suci”.
Maksudnya adalah orang-orang yang menyucikan dirinya di hadapan tuhan-nya.
Ketiga istilahah tasawwuf berasal dari kata shuf yang berarti bulu domba atau
wol.
Dan masih banyak lagi orang mengartikan tasawwuf dengan persepsinya
masing-masing.
b. Terminologi
Secara istilah pengertian tasawwuf telah banyak diformulasikan oleh para
ahli yang satu sama lain berbeda sesuai seleranya masing-masing.
ü
Menurut al-jurairi’ tasawwuf adalah memasuki kedalam
segala budi (akhlak) yang bersifat sunni, dan keluar dari budi pekeri yanng
rendah.
ü
Menurut al-junaidi, tasawwuf adalah bahwa yang hak adalah
yang mematikanmu dan yang hak adalah yang menghidupkanmu. Dalam ungkapan lain
al-junaidi juga mengistilahkan bahwa tasawwwuf adalah beserta allah tanpa
adanya penghubung
ü
Menurut ‘amir usman al-makki, tasawwuf adalah seorang
hamba yang setiap waktunya mengambil waktu yang utama
ü
Dan masih banyak lagi yang memberikan pengertian yang
bersifat terminologis.
Jadi kalau disimmpulkan dapat kita ringkas sebagai berikut, “ilmu tasawwuf
adalah ilmu yang mempelajari usaha membersihkan diri, berjuang memerangi hawa
nafsu, mencari jalan kesucian dengan makrifat menuju keabadian, saling
mengingatkan antara manusia, serta berpegang teguh
C. Fungsi Akhlak Tasawwuf
1.
Adapun fungsi umum akhlak
tasawuf, yaitu :
Terbagi menjadi 2
aspek,yaitu :
·
Menyangkut kesejahteraan
akhlak tasawuf sejak lahir dan paradigmananya masih tersisa sampai sekarang.
·
Memotret realitas fungsi akhlak
tasawuf yang ditangkap oleh manusia modern dewasa ini.
Pengeram psikologis dari kehidupan yang
diwarnai penuh persaingan/kompetisi Akhlak Tasawuf merupakan medium untuk
mengendor ketegangan psikisnya untuk orang yang mengalami stress akibat dari keinginan
bersaing yang tinggi namun merasa kurang kuat dalam bersaing
Penguat kesadaran kebersamaan hidup
Akhlak tasawuf mengajarkan perlunya kesadaran
kebersamaan dalam hidup bahwa di alam dunia yang fana ini tidak ada orang yang
dapat hidup sendiri melainkan adanya saling kebersamaan satu sama lain. Jika
hal itu diterapkan maka kecemasan dan ketakutan akan menurun tajam,ketika
menghadapi orang lain maka tidak lagi dianggap sebagai musuh namun dianggap
sebagai teman.
2.
Adapun fungsi khusus akhlak tasawuf, yaitu :
Ø Membersihkan
hati dalam berhubungan dengan Allah
Ø Membersihkan
jiwa dari pengaruh materi
Ø Menerangi jiwa
dari kegelapan
Ø Memperteguh dan
menyuburkan keyakinan beragama
Ø Mempertinggi
akhlak manusia
3.
Adapun fungsi secara
teknis akhlak tasawuf,yaitu :
Ø untuk
meningkatkan kemajuan rohani
Ø untuk menuntun
kearah kebaikan
Ø untuk menopang
kesempurnaan iman
Ø untuk
mempertajam tanggungjawab eskatologis
Ø untuk
mempertajam tanggungjawab sesama dalam kehidupan
Ø untuk menjaga
martabat kemanusiaan seseorang.
D.
BAIK DAN BURUK
1.
Pengertian Baik Buruk dalam Berbagai Pandangan
Dalam perilaku kehidupan manusia selalu
terdapat dua sisi yang berlawanan, yaitu perilaku baik dan perilaku buruk.
Seseorang dikatakan melakukan perbuatan baik, apabila tindakan yang dilakukan
sesuai dengan tata nilai yang dianut oleh kelompok masyarakat dimana ia berada.
Demikian sebaliknya, seseorang dikatakan melakukan perbuatan buruk apabila
tindakannya tidak sesuai dengan nilai dan pandangan masyarakat yang
bersangkutan. Pandangan tentang nilai yang terdapat dalam masyarakat beraneka
ragam dan tata nilai tersebut menjadi norma atau patokan berperilaku bagi
setiap individu atau kelompok. Patokan perilaku bagi setiap individu dalam
masyarakat adalah berupa norma kesopanan, norma hukum, norma susila, dan norma
agama.
Dalam kehidupan masyarakat yang sangat memegang
teguh tata nilai agama, selalu mengukur perbuatan baik atau buruk dari aspek
nilai agama yang dianutnya. Bagi masyarakat yang beragama Islam, mungkin akan
selalu mengukur suatu perbuatan berdasarkan nilai-nilai agama Islam. Namun
dalam suatu komunitas sosial tidak semua individu dalam masyarakat memiliki
akidah yang sama.
Di dalam masyarakat selalu terdapat budaya
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari manusia. Perspektif budaya
melahirkan nilai yang berdasarkan tradisi, dan kebiasaan tradisi terbangun
berdasarkan pola-pola hubungan antara individu. Sehingga patokan terhadap
perbuatan baik dan buruk bercampur antara norma sosial dan norma agama.
Allah SWT menciptakan
manusia sebagai khalifah di muka bumi untuk mengatur dan memakmurkan apa yang ada
di bumi, itulah kelebihan manusia bila dibandingkan dengan makhluk yang lainnya,
adapun kelebihan manusia adalah Ia di berikan akal fikiran yang dipergunakan
untuk membedakan mana perbuatan yang baik dan mana perbuatan yang buruk,
sekaligus dengan akal, manusia dapat menaklukkan apa yang ada di bumi.
Kalau ditinjau dari segi
ajaran agama, banyak sekali ayat-ayat Al-qur’an maupun hadits yang menerangkan
tentang manfaat akal manusia akan tetapi pendapat akal sangatlah terbatas
ketimbang dengan wahyu, dengan demikian Allah SWT menantang manusia lewat wahyu
bagaimana supaya manusia memanfaatkan akalnya agar ia mampu untuk berinteraksi
baik di langit maupun di bumi. Namun yang dikehendaki oleh Islam adalah
penggunaan akal yang berbasis wahyu atau yang berdimensi Al-Qur’an dan sunnah
Rasul yang berupa ijtihad.
Tindakan mengenai perbuatan baik dan buruk
dalam pandangan para penganut aliran teologi Islam,
masing-masing berbeda. Di antara penganut aliran kalam memiliki persepsi yang
berbeda terhadap perbuatan baik dan perbuatan buruk. Perbedaan tersebut
terletak pada sebab, cara pelaksanaan, dan
pencegahan. Di dalam teologi Islam terdapat beberapa aliran yang mengkaji
masalah perbuatan baik dan perbuatan buruk, yaitu:
(a) aliran Mu’tazilah
(b) aliran qadariyah
(c) aliran jabariyah
(d) aliran Asy’ariyah (ahli
sunnah wal jama’ah)
Pada prinsipnya bahasan
yang dipertentangkan dalam ilmu kalam adalah berkisar pada persoalan akidah
Islam yang termaktub dalam Al-Qur’an yang kemudian dianalisa lebih lanjut
dengan menggunakan logika untuk mendapatkan kebenaran dan keyakinan yang lebih
kokoh.
BAB III
Penutup
Kesimpulan
Allah swt menciptakan
manusia dibumi ini hanya untuk semata-mata beribadah kepada-Nya, beribadah
dalam arti meluas yang pada intinya melaksanakan segala perintah allah dan
menjauhi larangannya dengan tuntunan agama yang telah dicontohkan oleh nabi
muhammad saw. Adapun masalah aliran-aliran, itu tidak bisa dijadikan tolak ukur
yang baik dan yang buruk. Yang jelas semua tuntunan yang sesuai dan
bersandarkan kepada baginda nabi saw itu tidaklah buruk malah bisa dijadikan
sumber atau contoh untuk orang-orang yang ada disekelilingnya. Setelah manusia
tersebut melaksanakan segala sesuatu sesuai tuntunan agama dalam hukum syar’i,
manusia tersebut diberi tuntunan yang khusus oleh allah yang dicontohkan nabi
dan para sahabatnya, yakni pencapaian derajat tinggi makrifatullah, dengan
jalan bertasawwuf atau bertorikoh. Dan dari itupun manusia akan menikmati
manisnya hidup dengan berakhlak dan berbuat yang baik-baik. Seperti yang di
contohkan allah dalam al-qur’an: “tidaklah aku di utus melainkan untuk
menyempurnakan akhlak”. Dengan berlandaskan hadits yang diriwayatkan oleh imam
ahmad tersebut, maka sepantasnya kita mencontoh baginda nabi saw dari segala
aspek. Baik aspek mental, finansial, maupun spritual, agar kelak kehidupan kita
bahagia didunia dan diakhirat.
Daftar pustaka
Al-qur’an
Al-hadits
Anwar,Rosihon. 2010. Akhlak
tasawwuf, Bandung : CV. Pustaka Setia
As-Suyuti, Al-Jamius
Shagir, Indonesia: Darul Ahyail Kitab Al-Arabi
At- Tuwaijiri, muhamad bin
ibrahim, Ensiklopedi Islam Al-Kamil, Jakarta: Darus sunah 2011
Sumber lain :
No comments:
Post a Comment