Wednesday 10 June 2015




FUNGSI DAN BAIK BURUK AKHLAK TASAWUF

Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Akhak Tasawwuf
Dosen Pengampu : Drs. Hasan Mud’is, M.Ag


MAKALAH
oleh: Asep Rizal Munawar
1131040164









 

TASAWWUF PSIKOTERAPI
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2012



BAB I
PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang Masalah

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dialami oleh manusia sekarang ini, tidak sedikit dampak negatifnya terhadap sikap hidup dan perilakunya, baik ia sebagai manusia yang beragama, maupun sebagai makhluk individual dan sosial.
Dampak negatif yang paling berbahaya terhadap kehidupan manusia atas kemajuan yang dialaminya, ditandai dengan adanya kecenderungan menganggap bahwa satu-satunya yang dapat membahagiakan hidupnya adalah nilai material. Sehingga manusia terlampau mengejar materi, tanpa menghiraukan nilai-nilai spiritual, yang sebenarnya berfungsi untuk memelihara dan mengendalikan akhlak manusia.
Nilai-nilai spiritual yang dimaksudkan dalam islam adalah ajaran agama yang berwujud perintah, larangan dan anjuran, yang kesemuanya berfungsi untuk membina kepribadian manusia dalam kaitannya sebagai hamba Allah serta anggota masyarakat.
Seringkali kita dengar bahwa cara untuk mencapai makrifatullah itu diantaranya dengan bertasawwuf. Meskipun masih banyak lagi jalan untuk mencapai makrifatullah selain bertasawwuf. Dari sinilah penulis mengambil judul “fungsi dan baik buruk akhlak tasawwuf.

2.      Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang di atas, penulis merumuskan beberapa pokok masalah sebagai berikut :
a)      Apa pengertian akhlak?
b)      Apa pengertian  tasawuf?
c)       Apa fungsi akhlak tasawuf secara umum, khusus dan teknis?
d)     Apakah pengertian baik dan buruk?


3.      Tujuan

a)      Mengetahui pengertian  akhlak
b)      Mengetahui pengertian tasawwuf
c)      Mengetahui fungsi akhlak tasawuf secara umum, khusus dan teknis
d)     Mengetahui pengertian akhlak baik dan buruk

4.      Manfaat

a)      Mahasiswa dapat mengetahui pengertian akhlak dan tasawuf
b)      Mahasiswa dapat mengetahui fungsi akhlak tasawuf secara umum, khusus dan teknis
c)      Mahasiswa juga bisa mempraktekan akhlak tasawwuf dengan kajian yang telah kami susun
d)     Mahasiswa dapat memperteguh imannya dengan pengkajian akhlak tasawwuf
e)      Mengetahui pengertian akhlak baik dan buruk








BAB II
PEMBAHASAN

A.    Landasan akhlak

1.      Pengertian akhlak

Kata akhlak berasal dari bahasa arab khuluq yang jamaknya akhlaq. Menurut bahasa akhlak adalah perangai, tabiat, dan agama. Kata tersebut mengandung sega segi persesuaian dengan perkataan khalq yang berarti kejadian, serta erat hubungannya dengan kata khaliq yang berarti pencipta dan makhluq yang berarti yang diciptakan.
Dalam kamus besar bahasa indonesia, ksts akhlak diartikan sebagai budi pekerti, watak, tabiat. Secara sempit pengertian akhlak dapat diartikan dengan :
a.       Kumpulan kaidah untuk menempuh jalan yang baik
b.      Jalan yang sesuai untuk menuju akhlak
c.       Pandangan akal tentang kebaikan dan keburukan.

2.      Dalil-dalil mengenai akhlak

Perumusan pengertian akhlak timbul sebagai media yang memungkinkan adanya hubungan baik antara khaliq dengan makhluq dan antara makhluk dengan makhluq. Perkataan ini dipetik dari kalimat yang tercantum dalam al-qur’an:
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ ﴿٤
Artinya :    “Dan sesengguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur”.{Al-Qalam / 68 : 4}
            Demikian juga, dari hadits nabi   muhammad saw
Artinya :
“sesungguhnya aku di utus untuk menyempurnakan perangai (budi pekerti) yang mulia”. (H.R Ahmad)
Dengan sepenggal pengertian diatas memberi gambaran bahwa tingkah laku, adab atau budi pekerti merupakan bentuk kepribadian seseorang tanpa dibuat-buat atau spontan atau tanpa ada dorongan dari luar. Jika baik menurut pandangan akal dan agama, tindakan spontan itu dinamakan akhlak yang terpuji, seballiknya tindakan spontan itu buruk maka dinamakan akhlak yang tercela.

3.      Keadaan akhlak pada masa sebelum diutus nabi

Sebenarnya sangat ironis dengan keadaan akhlak sebelum baginda nabi muhammad saw diutus, disana terdapat satu sama lain saling merendahkan apalagi ketika dikaitkan dengan kaum hawa, banyak para penduduk makkah yang kalau istri-istrinya mengandung dan melahirkan anak perempuan itu merasa terhina. Karena dikatanya wanita hanyalah mainan birahi semata, tidak mampu melakukan apa-apa dalam artian tidak ada kegagahan sekali dimata mereka. Salahsatunya contoh khalifah terkemuka sayyidina umar bin khattab, beliau pernah melakukan hal yang sama, mengubur hidup-hidup anaknya denngan alasan malu karena anaknya berelaminkan perempuan. Membunuh anak perempuan, mabuk-mabukan, berjudi dan berzina itu sudah menjadi pekerjaan mereka sehari-hari malah saking teragisnya, mereka tega memperkosa tetangganya sendiri. Itulah salahsatu sebab kenapa baginda nabi saw di turunkan di makkah, karena selain tempat bersejarah bagi islam disana juga terdapat rumah allah yang mulia (baitullah).
Kalaupun kebejadan itu ada di indonesia kemungkinan besar nabi diturunkan di indonesia.
4.      Keadaan akhlak pada masa setelah diutus nabi

Setelah diutusnya baginda nabi saw, kebejadan akhlaq pada masa itu membaik. Walaupun pada kenyataannya masih banyak yang melakukan hal tersebut. Dengan dakwah nabi yang mulia maka sedikit demi sedikit hal-hal yang menjijikan pun mulai pudar. pemerkosaan di hapuskan mabuk-mabukan di kurangi dan bahkan dihilangkan karena itu menyebabkan kemalasan untuk kita bekerja dan sampai pada waktu itu derajat wanita di tinggikan dengan tiga tahapan diatas laki-laki dalam arti ibu lebih mulia daripada ayah karena pengorbanan ibu sangat berarti buat anaknya, kasih sayang ibu sangat melindungi anaknya, dia mengandung, melahirkan, menyusui bahkan membesarkan anaknya dengan penuh cinta dan kasih sayang. Sampai sekarangpun etika itu masih ada walaupun hanya sebagian besar yang mengalikasikannya dengan baik. Kebejadan akhlaq dizaman sekarang mulai kembali kepada masa jahiliyyah dulu, dimana pada zaman ini terdapat hal-hal yang mengerikan. Anak membunuh ibunya, ibu membunuh anaknya, ayah memperkosa anaknya dan bahkan terdapat satu keluarga yang didalamnya saling bunuh-membunuh.

B.     Landasan Tasawwuf

1.      Pengertian Tasawwuf

a.      Etimologi

Dalam mengajukan teori tentang penngertian tasawwuf, baik secara etimologi maupun istilah, para ahli berbeda pendapat. Secara etimologi, pengertian tasawwuf dapat dilihat menjadi beberapa macam pengertian, sseperti di bawah ini:
Pertama tasawwuf dikonotasikan dengan ahlu suffah yang berarti sekelompok orang pada masa rasulullah saw. Yang hidupnya di serambi-serambi mesjid, mereka mengabdikan hidupnya untuk beribadah kepada allah swt.
Kedua tasawuf berasal dari kata shafa yang berbentuk fiil mabni majhul sehingga isim muallaq dengan ya nisbah, yang berarti nama-nama yang “bersih” atau “suci”. Maksudnya adalah orang-orang yang menyucikan dirinya di hadapan tuhan-nya.
Ketiga istilahah tasawwuf berasal dari kata shuf yang berarti bulu domba atau wol.
Dan masih banyak lagi orang mengartikan tasawwuf dengan persepsinya masing-masing.

b.      Terminologi

Secara istilah pengertian tasawwuf telah banyak diformulasikan oleh para ahli yang satu sama lain berbeda sesuai seleranya masing-masing.

ü  Menurut al-jurairi’ tasawwuf adalah memasuki kedalam segala budi (akhlak) yang bersifat sunni, dan keluar dari budi pekeri yanng rendah.
ü  Menurut al-junaidi, tasawwuf adalah bahwa yang hak adalah yang mematikanmu dan yang hak adalah yang menghidupkanmu. Dalam ungkapan lain al-junaidi juga mengistilahkan bahwa tasawwwuf adalah beserta allah tanpa adanya penghubung
ü  Menurut ‘amir usman al-makki, tasawwuf adalah seorang hamba yang setiap waktunya mengambil waktu yang utama
ü  Dan masih banyak lagi yang memberikan pengertian yang bersifat terminologis.
Jadi kalau disimmpulkan dapat kita ringkas sebagai berikut, “ilmu tasawwuf adalah ilmu yang mempelajari usaha membersihkan diri, berjuang memerangi hawa nafsu, mencari jalan kesucian dengan makrifat menuju keabadian, saling mengingatkan antara manusia, serta berpegang teguh

C.    Fungsi Akhlak Tasawwuf

1.      Adapun fungsi umum akhlak tasawuf, yaitu :

Terbagi menjadi 2 aspek,yaitu :

·         Menyangkut kesejahteraan akhlak tasawuf sejak lahir dan paradigmananya masih tersisa sampai sekarang.
·         Memotret realitas fungsi akhlak tasawuf yang ditangkap oleh manusia modern dewasa ini.

Pengeram psikologis dari kehidupan yang diwarnai penuh persaingan/kompetisi Akhlak Tasawuf merupakan medium untuk mengendor ketegangan psikisnya untuk orang yang mengalami stress akibat dari keinginan bersaing yang tinggi namun merasa kurang kuat dalam bersaing
Penguat kesadaran kebersamaan hidup
Akhlak tasawuf mengajarkan perlunya kesadaran kebersamaan dalam hidup bahwa di alam dunia yang fana ini tidak ada orang yang dapat hidup sendiri melainkan adanya saling kebersamaan satu sama lain. Jika hal itu diterapkan maka kecemasan dan ketakutan akan menurun tajam,ketika menghadapi orang lain maka tidak lagi dianggap sebagai musuh namun dianggap sebagai teman. 

2.      Adapun fungsi khusus akhlak tasawuf, yaitu :

Ø  Membersihkan hati dalam berhubungan dengan Allah
Ø  Membersihkan jiwa dari pengaruh materi
Ø  Menerangi jiwa dari kegelapan
Ø  Memperteguh dan menyuburkan keyakinan beragama
Ø  Mempertinggi akhlak manusia

3.      Adapun fungsi  secara teknis  akhlak tasawuf,yaitu :

Ø  untuk meningkatkan kemajuan rohani
Ø  untuk menuntun kearah kebaikan
Ø  untuk menopang kesempurnaan iman
Ø  untuk mempertajam tanggungjawab eskatologis
Ø  untuk mempertajam tanggungjawab sesama dalam kehidupan
Ø  untuk menjaga martabat kemanusiaan seseorang.

D.    BAIK DAN BURUK

1.      Pengertian Baik Buruk dalam Berbagai Pandangan

Dalam perilaku kehidupan manusia selalu terdapat dua sisi yang berlawanan, yaitu perilaku baik dan perilaku buruk. Seseorang dikatakan melakukan perbuatan baik, apabila tindakan yang dilakukan sesuai dengan tata nilai yang dianut oleh kelompok masyarakat dimana ia berada. Demikian sebaliknya, seseorang dikatakan melakukan perbuatan buruk apabila tindakannya tidak sesuai dengan nilai dan pandangan masyarakat yang bersangkutan. Pandangan tentang nilai yang terdapat dalam masyarakat beraneka ragam dan tata nilai tersebut menjadi norma atau patokan berperilaku bagi setiap individu atau kelompok. Patokan perilaku bagi setiap individu dalam masyarakat adalah berupa norma kesopanan, norma hukum, norma susila, dan norma agama.
Dalam kehidupan masyarakat yang sangat memegang teguh tata nilai agama, selalu mengukur perbuatan baik atau buruk dari aspek nilai agama yang dianutnya. Bagi masyarakat yang beragama Islam, mungkin akan selalu mengukur suatu perbuatan berdasarkan nilai-nilai agama Islam. Namun dalam suatu komunitas sosial tidak semua individu dalam masyarakat memiliki akidah yang sama.
Di dalam masyarakat selalu terdapat budaya sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari manusia. Perspektif budaya melahirkan nilai yang berdasarkan tradisi, dan kebiasaan tradisi terbangun berdasarkan pola-pola hubungan antara individu. Sehingga patokan terhadap perbuatan baik dan buruk bercampur antara norma sosial dan norma agama.
Allah SWT menciptakan manusia sebagai khalifah di muka bumi untuk mengatur dan memakmurkan apa yang ada di bumi, itulah kelebihan manusia bila dibandingkan dengan makhluk yang lainnya, adapun kelebihan manusia adalah Ia di berikan akal fikiran yang dipergunakan untuk membedakan mana perbuatan yang baik dan mana perbuatan yang buruk, sekaligus dengan akal, manusia dapat menaklukkan apa yang ada di bumi.
Kalau ditinjau dari segi ajaran agama, banyak sekali ayat-ayat Al-qur’an maupun hadits yang menerangkan tentang manfaat akal manusia akan tetapi pendapat akal sangatlah terbatas ketimbang dengan wahyu, dengan demikian Allah SWT menantang manusia lewat wahyu bagaimana supaya manusia memanfaatkan akalnya agar ia mampu untuk berinteraksi baik di langit maupun di bumi. Namun yang dikehendaki oleh Islam adalah penggunaan akal yang berbasis wahyu atau yang berdimensi Al-Qur’an dan sunnah Rasul yang berupa ijtihad.
Tindakan mengenai perbuatan baik dan buruk dalam pandangan para penganut aliran teologi Islam, masing-masing berbeda. Di antara penganut aliran kalam memiliki persepsi yang berbeda terhadap perbuatan baik dan perbuatan buruk. Perbedaan tersebut terletak pada sebab, cara pelaksanaan, dan pencegahan. Di dalam teologi Islam terdapat beberapa aliran yang mengkaji masalah perbuatan baik dan perbuatan buruk, yaitu:
(a) aliran Mu’tazilah
(b) aliran qadariyah
(c) aliran jabariyah
(d) aliran Asy’ariyah (ahli sunnah wal jama’ah)

Pada prinsipnya bahasan yang dipertentangkan dalam ilmu kalam adalah berkisar pada persoalan akidah Islam yang termaktub dalam Al-Qur’an yang kemudian dianalisa lebih lanjut dengan menggunakan logika untuk mendapatkan kebenaran dan keyakinan yang lebih kokoh. 




BAB III
Penutup
Kesimpulan

Allah swt menciptakan manusia dibumi ini hanya untuk semata-mata beribadah kepada-Nya, beribadah dalam arti meluas yang pada intinya melaksanakan segala perintah allah dan menjauhi larangannya dengan tuntunan agama yang telah dicontohkan oleh nabi muhammad saw. Adapun masalah aliran-aliran, itu tidak bisa dijadikan tolak ukur yang baik dan yang buruk. Yang jelas semua tuntunan yang sesuai dan bersandarkan kepada baginda nabi saw itu tidaklah buruk malah bisa dijadikan sumber atau contoh untuk orang-orang yang ada disekelilingnya. Setelah manusia tersebut melaksanakan segala sesuatu sesuai tuntunan agama dalam hukum syar’i, manusia tersebut diberi tuntunan yang khusus oleh allah yang dicontohkan nabi dan para sahabatnya, yakni pencapaian derajat tinggi makrifatullah, dengan jalan bertasawwuf atau bertorikoh. Dan dari itupun manusia akan menikmati manisnya hidup dengan berakhlak dan berbuat yang baik-baik. Seperti yang di contohkan allah dalam al-qur’an: “tidaklah aku di utus melainkan untuk menyempurnakan akhlak”. Dengan berlandaskan hadits yang diriwayatkan oleh imam ahmad tersebut, maka sepantasnya kita mencontoh baginda nabi saw dari segala aspek. Baik aspek mental, finansial, maupun spritual, agar kelak kehidupan kita bahagia didunia dan diakhirat.








Daftar pustaka


Al-qur’an
Al-hadits
Anwar,Rosihon. 2010. Akhlak tasawwuf, Bandung : CV. Pustaka Setia
As-Suyuti, Al-Jamius Shagir, Indonesia: Darul Ahyail Kitab Al-Arabi
At- Tuwaijiri, muhamad bin ibrahim, Ensiklopedi Islam Al-Kamil, Jakarta: Darus sunah 2011
Sumber lain :


No comments:

Post a Comment